Sunday, May 29, 2016

Lost in Translation

Hampir 90% supir taxi di negri Gingseng ini adalah ABG tua alias ahjuma & ahjusi (red: kakek-nenek) yang mayoritas umurnya diatas 48 tahun. Bisa dilihat dari kulitnya yang sudah mulai menggelambir dan gerakan tangannya pada saat memegang sesuatu yang mirip orang keracunan viagra, gemeter. Artinya sistem pengelolaan SDM di negeri ini sangatlah bagus. Pemerintah masih memberi kesempatan untuk warganya yang sudah pensiun untuk tetap bekerja dan hidup mandiri, yang justru hal ini malah merepotkan turis-turis keceh macam saya. Jangankan untuk berbicara, membaca huruf abjad pun rata-rata dari mereka tidak bisa. Kebanyakan dari mereka hanya menguasai huruf hangeul atau aksara korea. Yang bikin stresnya lagi pas saya pertama kali mendarat dengan comel di negeri ini. Bingung dengan alamat tujuan, akhirnya saya putuskan untuk naik taxi;



“Hello sir, I’d like to visit sorae, so, do you know where’s that place? Could you please take me there?” (sambil saya sodorin foto lokasinya)



“*%&^#Q%*&^$Q#&%^)*Q#&%^&%#Q&%^^*#%^^%&#^%&^Q^%(Q#%Q#….come in.

(saya nggak paham apa yang diomongin dan yang saya tangkap dari congor-nya Cuma kalimat terakhir, “COME IN”.) artinya doi nyuruh saya masuk dan saya anggap doi tau lokasinya.



“Emmm… sir, could you estimate the time how long then?”


“%*&@^^*%&*(@^@&%(*%^%@^%&@^%*&@^%(@*”

(serah loe deh nyrocos apaan gue nggak paham, English wooyy…)



Setelah sekitar 1 jam perjalanan akhirnya si supir taxi menghentikan mobilnya dan ngomong, “here..here”.Yeeaaayy!! finnaly saya sampai di Sorae. But wait, it’s not Sorae looks like, it’s different with the picture.

Nggak yakin dengan tempat tujuan arahan sang supir taxi, saya kemudian bertanya sama orang yang kebetulan lewat disekitar. Saya akui orang Asia memang terkenal supel dan baik hati. Mereka mati-matian membantu saya bahkan sampai dipanggilkan polisi untuk di antar ke tempat tujuan. Selang 10 menit dua orang polisi berperawakan lugu datang, dengan gaya sok pahlawan keduanya menghampiri kami yang sudah mirip turis buangan karena memang sudah seharian nggak mandi, capegh + betegh karena sudah ketipu supir taxi bangke!

*sambil pegang hape bergambar lokasi tujuan kami*

“#&*%^%*#Q^%&^#&%^#(%&^&%Q(#^%”^%(*^*#&Q^%(*%^Q#*&%^#&*%^#(%*&^#(*%#^%*&^#%(*&^%*#&%^(*&%^(*&%^#&%^Q#(*&%^#%*^%(*^%@*&%^(*%^#Q*&%^(*%&^&#”

WOOYY!! Gue butuh loe disini buat bantu kami, bukan ngomong nggak jelas yang hanya loe dan  temen loe doang yang tau apa yang loe omongin. Pffttt…..

Nyerah karena kami  berdua sudah tidak sepaham, tidak cocok lagi dalam hal komunikasi akhirnya pak polisi lugu mengantarkan kami menuju kereta bawah tanah dan finnaly saya nggak jadi ke Sorae dan hanya Bobogh mandjah dikamar hotel.

Nggak hanya disitu saja, lost in translation juga saya alami saat berada di Seoul. Sebut saja mawar, adalah gadis yang ngakunya mirip Paris Hilton (tapi ini versi hardcore-nya) yang sekaligus travelmate saya, pernah bilang “All the bad stuff that happens on a trip makes for wonderful memories and stories to share with your friends”.

Jadi, setiap hal buruk yang terjadi saat traveling itu bisa jadi kenangan yang indah. Seperti kenangan saya saat lagi nyasar didaerah Hongdae. Saat itu saya dan travelmate saya puas melampiaskan nafsu jelong-jelong kami di pulau Nami. Betek karena gagal ke Petite France akhirnya kami putuskan untuk menghabiskan malam kuliner didaerah Hongdae sembari menikmati gemerlap malam kota Seoul, kali aja apes-apesnya bisa ketemu anggota SNSD lagi jajan kimchi(L) di pinggir jalan. BEHAhahaha……. 
*ngakak genderuwo kesurupan pocong*

"Oke!! Kita kemana enaknya", tanya mawar. “udah kita jalan aja dulu” jawab saya sekenanya. Karena bingung kemana dan nggak tau ini daerah apa akhirnya saya ikutin arah kaki mawar melangkah. Setiap ketemu belokan saya selalu tanya, “kemana? Kiri atau kanan?”,  sembari menatap saya, mawar berkata “kiri”. Dari matanya seolah berkata; trust me! I know this city like the back of my hand, just stay beside and keep on walk, oke!. sayapun pasrah mengikuti naluri mawar dengan penuh keyakinan. Hampir dua jam kami berjalan namun tak menemukan arah dan tujuan. Hanya terdapat hiruk pikuk kimchi-kimchi bertebaran. Ada yang cepokan, ada yang cepokan lagi, dan ada juga yang cepokan lagi dan lagi.*mewek

Karena kaki sudah mulai merengek capek, jalanan juga becek, nggak ada ojyek, dan perut yang sudah mulai bergejolak karena kekenyangan (makan angin). Akhirnya kami berhenti disebuah warung untuk makan sembari mencari solusi menemukan jalan pulang, kali ini TANPA BERTANYA!! Karena saya pikir juga percuma kalau bertanya, mereka (orang korea) nggak ada yang bisa ngomong bahasa Jawa. Ottoke……???­

Rasanya badan ini udah mulai lepek mirip pembalut yang nggak kering 3 hari dan kaki yang udah mulai gemeter karena capek berjalan. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke hotel. Kami kembali menysuri jalanan yang tadinya kami lewati, belok kiri, lurus dua blok belok kanan lurusss, sampai pertigaan sampai! Iya sampai ditempat yang sama lagi. FAAK!! saya nyasar!!. Sejenak saya teringat pesan Trinity di Buku “Naked traveler” jika mendapati tersesat saat traveling yang harus kamu lakukan pertama kali adalah tenang, karena dengan  pikiran tenang akan bisa berfikir jernih dan bisa mencari solusi. Oke! Fine saya tenang, saya berhenti sejenak mengambil nafas karena ngos-ngosan jalan kaki, sekalian berteduh karena pada saat itu hujan deres pakek banget. Bego-nya lagi kami lupa menyimpan alamat hotel yang terdapat di email dan saya nggak punya internet akses selama di Korea (mikir cyin!, 1GB aja harganya 300rb). Sekalinya dapat wifi gretong dari cafĂ© buru-buru saya capture. Kamipun menyerah dan dengan terpaksa bertanya sama orang lewat, sekalinya dapet orang untuk ditanyain dia-nya nggak bisa bahasa inggris, 9 taxi saya hentikan, berdalih bisa terbantu dengan GPS yang ada di taxi akan lebih mudah menemukan alamat hotel. Dan kesembilan taxi menjawab  dengan isyarat tangan melambai, Shit!!.

Mulut saya serasa berbusa, kuping saya juga mulai keluar conge’ karena mereka terlalu sakau dengan bahasanya sendiri dan nggak pernah ngertiin bahasa saya. Peuriiihhhh……

waktu menunjukkan pukul 11 malam dan kami masih terkatung-katung disudut kota Seoul tepatnya di daerah Hongik dan hujan pun turun semakin deras. tak mau termenung meratapi nasib, kamipun tetap berjalan mengikuti arus jalan. sampai akhirnya kami mendapati kerumunan orang sedang menonton layaknya pertunjukkan konser, rame gilak. setelah kami telusuri, menyeruak kedalam kerumunan ternyata ada aktivitas syuting drama Korea yang sedang berlangsung, dan kamipun sempat bertemu artis figuran idola, Aigoo...!!. bahkan ada juga kami mendapati sebuah konser kecil yang dipentaskan anak-anak muda yang lumayan seru untuk menghibur hati yang sedang kalut karena kesasar. huvt!!. Mungkin ini yang dimaksud mawar bahwa; "All the bad stuff that happens on a trip could be wonderful memories and stories when we get lost, iya, GET LOST!!.







Si Mawar yang lagi kepo-in dua polisi lugu.






ketemu artis figuran idola lagi syuting








Moral story:

Berbicara karena tak saling memahami bahasa satu sama lain memang terkadang menyenangkan, tak harus kita memahami apa yang terucap, yang terpenting kita memahami isyarat yang ditunjukkan itu saja cukup. Kebanyakan orang Korea yang saya temui sangat baik. Meskipun kebanyakan dari mereka tidak memahami English namun mereka tetap bersikeras berbicara dengan bahasanya walaupun mereka tau bahwa lawan bicaranya tak memahami apa yang diucapkannya. Seperti Ahjuma yang saya temui kala menginap di Jeju Island. Tante-tante ini nggak paham sama sekali bahasa Inggris, bahkan kalimat “Yes/No” pun dia nggak ngerti, namun ketika saya datang, tante ini menyambut kami di hostel dan tanpa segan memeluk, kemudian mempersilahkan masuk, menjelaskan peraturan Hostel (yang jelas dengan bahasa korea) yang dia tau bahwa saya nggak bakal ngerti apa yang diucapkannya. Tapi tetap saja dia ngotot nyerocos dan saya hanya membalas dengan isyarat manggut dan geleng. Over all saya mengerti apa maksud dari si tante. Pada intinya bahasa bukan sebuah kendala untuk kita berkomunikasi maupun untuk beradaptasi. Justru dengan keruwetan bahasa inilah yang terkadang membuat kita untuk cepat beradaptasi yang mau tak mau harus kita hadapi. Cara belajar cepat adalah dengan keterpaksaan.







*kemudian kita wefie* cekreeeeekk……



No comments:

Post a Comment