Kejadian ini terjadi
2 tahun yang lalu.
Kadang, banyak orang rela
mengeluarkan banyak duit untuk sebuah sensasi wisata yang lain dari pada yang
lain, wisata horror misalnya. Sensasi
jerit-menjerit yang ditawarkan wisata ini memang bagaikan racun rasa
lemon yang nggak satu atau dua orang yang suka. Bahkan banyak orang
berbondong-bondong ingin mencoba wisata yang satu ini, dan saya merupakan salah
satunya.
Seperti yang terjadi saat
kunjungan saya ke Candi penataran, untuk menyaksikan sebuah pertunjukan tari
tradisional. Saat itu kami berlima (Saya, Hans, Farisky, Louisa, dan Eka)
menjadi tamu terhormat dan berkesempatan duduk dibangku VVIP bersamaan dengan Bupati
daerah setempat. Memang, Dalam pertunjukan ini sedikit mengandung unsur horror.
Dapat dilihat dari bau kemenyan dan lagu daerah yang mengiringi setiap
pertunjukannya. Namun siapa sangka kalau hal itu justru mengundang khalayak
halus (setan-setan rempong) buat ikutan joget. Dalam video yang berdurasi 3
menit ini terlihat sesosok mahluk tinggi putih yang sedang joget oplosan tepat
didepan operator sound system dengan
aduhai-nya bak Sazkia Gothic lagi goyang itik. Shocked-nya
lagi, kejadian ini baru kami sadari setelah sampai rumah, saat hendak nge-review tarian yang kami rekam tadi.
Hal aneh terjadi lagi saat saya
berada di Gunung Kawi. Dari awal kunjungan sampai akhir tiba dirumah nampak
biasa-biasa saja tanpa menunjukan kejadian yang janggal. Namun, dua hari
setelahnya saya justru dikejutkan oleh kedatangan sesosok bayangan berperawakan
kribo dengan tangan yang menjuntai sekitar 30 cm lebih panjang dari tangan
orang normal biasanya. Sekitar pukul 01.00 dini hari saya dibuat kaget bukan
kepalang saat sosok itu muncul ditengah-tengah tidur saya. Karena kaget, saya
pun berteriak sampai membangunkan seluruh penghuni rumah. Anehnya kejadian ini
juga dialami oleh si Hans pada hari dan jam yang sama. Tapi dengan sosok yang
berbeda. Berkat kejadian itu, sampai sekarang pun saya nggak berani tidur
dengan keadaan lampu mati…………………………………….....................*Hening*
Setelah Festival Purnama Seruling
Penataran di Candi Penataran dan Gunung Kawi yang menyisakan banyak kejadian
aneh, kini hal aneh kembali terulang lagi bahkan setelah 2 tahun setelah
kunjungan kami. Terletak dikawasan blitar selatan. Sebuah pantai bernama Peh
Pulo. Bersama 4 orang (Saya, Hans, Tia, dan Nancy) kami melakukan perjalanan
dari arah tulungagung sekitar 2,5 jam (udah termasuk nyasar).
Ada cerita haru dibalik
perjalanan ini. Karena salah satu dari 4 orang ini sedang mengalami patah hati
atau kalau bahasa jawanya broken heart.
Ciiieee….
Adalah nancy (nama sebenarnya)
yang pada saat itu sedang mengalami kemeluk di dalam hatinya. Antara iya dan
enggak, antara neraka dan syurga. Dan mungkin dia lebih memilih neraka.
Bermaksud membahagiakan si nancy,
Saya dan Hans yang juga cowok-cowok penggembira ini mengajaknya ke sebuah
pantai. Liburan yang harusnya me-refresh
otak, bergembira, dan bersuka ria berubah menjadi isak-tangis haru cewek keparat
berpawakan hitam legam ini. Walhasil, pundak Hans pun mengalami patah tulang
ringan karena harus menahan derasnya isak-tangis yang sangat mengharu biru ini.
Kesian………………………………………………………..…si Hans.
#AKURAPOPO
Setelah 2,5 jam yang menyiksa
(bagi Hans) akhirnya kami pun sampai di pantai Peh Pulo. Sebetulnya disini
terdapat dua pantai lagi selain Peh Pulo yaitu pantai Wedi Ciut dan Pantai Wedi
Ombo. Kira-kira dibutuhkan waktu 5 menit untuk bisa menyebrang ke masing-masing
pantai. Namun karena ketiadaan perahu untuk menyebrang kami pun terpaksa harus
puas dengan Peh Pulo. Pantai ini merupakan pantai karang berpasir halus dengan
tebing-tebing yang menjulang tinggi disetiap sisinya. Dan dari setiap sisi
tebing ini menyajikan pemandangan yang berbeda dan sangat ruar biasa.
Puas menyusuri masing-masing
tebing, kami pun beristirahat sejenak dan melanjutkan destinasi ini dengan
berenang menikmati segarnya air (pinggir) pantai. Iya, kami cuma bisa
menikmatinya dari pinggir pantai karena ke-empat manusia biadap ini semuanya
nggak ada yang bisa berenang. Bisanya pun cuma main kobokan, siram-siraman air
kayak adegan-adegan ala FTV gitu.
Puas cebok di pinggir pantai,
kamipun kejar-kejaran sampai akhirnya sampailah pada spot dimana terdapat banyak sekali batuan. Bermimpi menemukan batu
mulia atau batu akik, kamipun mengobrak abrik batuan ini. Kali aja nemu,
namanya juga berharap. Dan hasilnya NIHIL!!
Mungkin batuan pantai ini
hanyalah sebuah oleh-oleh yang nggak ada salahnya jika dibawa pulang, namun
bagi Nancy batuan pantai ini adalah kenangan, batuan ini adalah memori. Memori
atas kesedihan yang dialaminya. #Apasih.
Kamipun kembali kerumah dengan
oleh-oleh sebuah batu yang dianggap Nancy sebuah kenangan. Kenangan yang peuerih.
Pemandangan dari salah satu tebing
Gue & si Hans cebok dipinggir pantai
Bisanya cuma renang dipinggir pantai. Iya. pinggir pakek banget
Si hans & Nancy mencari batu untuk oleh-oleh
Nancy ber-pose di tumpukan bebatuan kutukan
Coba cek sosok tinggi putih yang joget didepan operator sound system depan laptop!
2 Tahun setelah kunjungan kampi kepantai.
Nancy mengejutkan saya dengan pesan
singkat BBM yang isinya gini,
“Eh, aku kayaknya harus balik ke
Peh Pulo deh”
“Lhoh, emang kenapa”. Jawab saya.
“Kemarin pas sakit, aku
didatengin nenek-nenek dalam mimpiku, katanya aku suruh balikin batu yang aku
bawa kalau pengen penyakitku sembuh. dan mimpiku ini nggak hanya sekali”.
Jeeeeeenngggg……………jeeeeennnggg……*tiba-tiba
genderang bersahutan*.
*kamera zoom-in, zoom-out*
Memang, 1 tahun belakangan ini,
Nancy sering menderita sakit dan tak jarang juga dia harus dirawat dirumah
sakit. Bahkan karena sakitnya ini, dia sempat dibawa ke Jakarta untuk berobat.
Anehnya hasil Ronsen dan diagnosa dokter tidak menunjukkan penyakit yang serius
dan bahkan bisa dikatakan sehat. Namun, dibalik diagnosa dokter itu, Nancy
terus mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa.
“Yaudah, ayo aku temenin balikin
batu itu kesana”.
“Iya, pengennya gitu, tapi ini
batunya nggak tau dimana”. *Gue makin panik*
Bisa dibayangin, batunya nggak
dibalikin aja dia menderita sakit hebat. Apalagi kalau batunya hilang. Sampai tulisan ini dipublikasikan batu kutukan inipun belum dikembalikan ketempatnya.
sampai saat inipun batu kutukan itu tak kunjung dikembalikan! dan masih belum tau kapan!
No comments:
Post a Comment