Saturday, June 14, 2014

Batu Kutukan Pantai Peh Pulo



Kejadian ini terjadi 2 tahun yang lalu.


Kadang, banyak orang rela mengeluarkan banyak duit untuk sebuah sensasi wisata yang lain dari pada yang lain, wisata horror misalnya. Sensasi  jerit-menjerit yang ditawarkan wisata ini memang bagaikan racun rasa lemon yang nggak satu atau dua orang yang suka. Bahkan banyak orang berbondong-bondong ingin mencoba wisata yang satu ini, dan saya merupakan salah satunya.


Seperti yang terjadi saat kunjungan saya ke Candi penataran, untuk menyaksikan sebuah pertunjukan tari tradisional. Saat itu kami berlima (Saya, Hans, Farisky, Louisa, dan Eka) menjadi tamu terhormat dan berkesempatan duduk dibangku VVIP bersamaan dengan Bupati daerah setempat. Memang, Dalam pertunjukan ini sedikit mengandung unsur horror. Dapat dilihat dari bau kemenyan dan lagu daerah yang mengiringi setiap pertunjukannya. Namun siapa sangka kalau hal itu justru mengundang khalayak halus (setan-setan rempong) buat ikutan joget. Dalam video yang berdurasi 3 menit ini terlihat sesosok mahluk tinggi putih yang sedang joget oplosan tepat didepan operator sound system dengan aduhai-nya bak Sazkia Gothic lagi goyang itik.  Shocked-nya lagi, kejadian ini baru kami sadari setelah sampai rumah, saat hendak nge-review tarian yang kami rekam tadi. 


Hal aneh terjadi lagi saat saya berada di Gunung Kawi. Dari awal kunjungan sampai akhir tiba dirumah nampak biasa-biasa saja tanpa menunjukan kejadian yang janggal. Namun, dua hari setelahnya saya justru dikejutkan oleh kedatangan sesosok bayangan berperawakan kribo dengan tangan yang menjuntai sekitar 30 cm lebih panjang dari tangan orang normal biasanya. Sekitar pukul 01.00 dini hari saya dibuat kaget bukan kepalang saat sosok itu muncul ditengah-tengah tidur saya. Karena kaget, saya pun berteriak sampai membangunkan seluruh penghuni rumah. Anehnya kejadian ini juga dialami oleh si Hans pada hari dan jam yang sama. Tapi dengan sosok yang berbeda. Berkat kejadian itu, sampai sekarang pun saya nggak berani tidur dengan keadaan lampu mati…………………………………….....................*Hening*


Setelah Festival Purnama Seruling Penataran di Candi Penataran dan Gunung Kawi yang menyisakan banyak kejadian aneh, kini hal aneh kembali terulang lagi bahkan setelah 2 tahun setelah kunjungan kami. Terletak dikawasan blitar selatan. Sebuah pantai bernama Peh Pulo. Bersama 4 orang (Saya, Hans, Tia, dan Nancy) kami melakukan perjalanan dari arah tulungagung sekitar 2,5 jam (udah termasuk nyasar).


Ada cerita haru dibalik perjalanan ini. Karena salah satu dari 4 orang ini sedang mengalami patah hati atau kalau bahasa jawanya broken heart. Ciiieee…. 


Adalah nancy (nama sebenarnya) yang pada saat itu sedang mengalami kemeluk di dalam hatinya. Antara iya dan enggak, antara neraka dan syurga. Dan mungkin dia lebih memilih neraka. 


Bermaksud membahagiakan si nancy, Saya dan Hans yang juga cowok-cowok penggembira ini mengajaknya ke sebuah pantai. Liburan yang harusnya me-refresh otak, bergembira, dan bersuka ria berubah menjadi isak-tangis haru cewek keparat berpawakan hitam legam ini. Walhasil, pundak Hans pun mengalami patah tulang ringan karena harus menahan derasnya isak-tangis yang sangat mengharu biru ini. Kesian………………………………………………………..…si Hans. 


#AKURAPOPO


Setelah 2,5 jam yang menyiksa (bagi Hans) akhirnya kami pun sampai di pantai Peh Pulo. Sebetulnya disini terdapat dua pantai lagi selain Peh Pulo yaitu pantai Wedi Ciut dan Pantai Wedi Ombo. Kira-kira dibutuhkan waktu 5 menit untuk bisa menyebrang ke masing-masing pantai. Namun karena ketiadaan perahu untuk menyebrang kami pun terpaksa harus puas dengan Peh Pulo. Pantai ini merupakan pantai karang berpasir halus dengan tebing-tebing yang menjulang tinggi disetiap sisinya. Dan dari setiap sisi tebing ini menyajikan pemandangan yang berbeda dan sangat ruar biasa.


Puas menyusuri masing-masing tebing, kami pun beristirahat sejenak dan melanjutkan destinasi ini dengan berenang menikmati segarnya air (pinggir) pantai. Iya, kami cuma bisa menikmatinya dari pinggir pantai karena ke-empat manusia biadap ini semuanya nggak ada yang bisa berenang. Bisanya pun cuma main kobokan, siram-siraman air kayak adegan-adegan ala FTV gitu. 


Puas cebok di pinggir pantai, kamipun kejar-kejaran sampai akhirnya sampailah pada spot dimana terdapat banyak sekali batuan. Bermimpi menemukan batu mulia atau batu akik, kamipun mengobrak abrik batuan ini. Kali aja nemu, namanya juga berharap. Dan hasilnya NIHIL!! 


Mungkin batuan pantai ini hanyalah sebuah oleh-oleh yang nggak ada salahnya jika dibawa pulang, namun bagi Nancy batuan pantai ini adalah kenangan, batuan ini adalah memori. Memori atas kesedihan yang dialaminya. #Apasih.


Kamipun kembali kerumah dengan oleh-oleh sebuah batu yang dianggap Nancy sebuah kenangan. Kenangan yang peuerih.

Pemandangan dari salah satu tebing

Gue & si Hans cebok dipinggir pantai

Bisanya cuma renang dipinggir pantai. Iya. pinggir pakek banget

Si hans & Nancy mencari batu untuk oleh-oleh

 Nancy ber-pose di tumpukan bebatuan kutukan

 Coba cek sosok tinggi putih yang joget didepan operator sound system depan laptop!


2 Tahun setelah kunjungan kampi kepantai.


Nancy mengejutkan saya dengan pesan singkat BBM yang isinya gini,


“Eh, aku kayaknya harus balik ke Peh Pulo deh”

“Lhoh, emang kenapa”. Jawab saya.

“Kemarin pas sakit, aku didatengin nenek-nenek dalam mimpiku, katanya aku suruh balikin batu yang aku bawa kalau pengen penyakitku sembuh. dan mimpiku ini nggak hanya sekali”.


Jeeeeeenngggg……………jeeeeennnggg……*tiba-tiba genderang bersahutan*.

*kamera zoom-in, zoom-out*


Memang, 1 tahun belakangan ini, Nancy sering menderita sakit dan tak jarang juga dia harus dirawat dirumah sakit. Bahkan karena sakitnya ini, dia sempat dibawa ke Jakarta untuk berobat. Anehnya hasil Ronsen dan diagnosa dokter tidak menunjukkan penyakit yang serius dan bahkan bisa dikatakan sehat. Namun, dibalik diagnosa dokter itu, Nancy terus mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa. 


“Yaudah, ayo aku temenin balikin batu itu kesana”.

“Iya, pengennya gitu, tapi ini batunya nggak tau dimana”. *Gue makin panik*


Bisa dibayangin, batunya nggak dibalikin aja dia menderita sakit hebat. Apalagi kalau batunya hilang. Sampai tulisan ini dipublikasikan batu kutukan inipun belum dikembalikan ketempatnya. 

sampai saat inipun batu kutukan itu tak kunjung dikembalikan! dan masih belum tau kapan!

Hihihihihihihihihihi...................*ketawa kuntilanak*

Batu kutukan!!

No comments:

Post a Comment