Diawal juni ini saya berkesempatan mengunjungi
sebuah kota (masih) di Jawa Timur, tepatnya di kawasan Batu Malang. Sebuah kota
yang terkenal dengan sebutan kota apel (nama buah ya!, bukan aktivitas
berkunjung rutin malam minggu. APELagi kunjingin mantan).
Adalah Museum Angkut (Museum Otomotif) & Movie
Star. Berada dikawasan kota wisata Batu Malang, terletak dijalan Terusan Sultan
Agung Atas No 2. Buat kalian yang buta arah bisa menggunakan map. Kalau masih tetep buta arah bisa
pakek google map. Kalau masih tetep
buta juga, kalian nggak usah berkunjung. NYUSAHIN!!
FYI, Museum Angkut merupakan wahana wisata anyar dikota Batu Malang. Sebuah wahana
yang bisa membuat kalian bilang UWAOOOU.... kayak loe pas ngeliat
Kuntilanak lagi PMS, Khususnya buat para penggemar otomotif. Karena didalam
museum ini terdapat banyak koleksi motor/mobil mulai dari jaman Hitler belum
kumisan sampai Jojon udah tumbuh kumis dan jadi artis. Selain itu, koleksi
mobil/motor yang dipamerkan disini berasal dari berbagai daerah di Nusantara,
bahkan dunia. Menurut kabar, Museum Angkut ini merupakan konsep wisata pertama
yang ada di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.
Namun, apiknya Museum Angkut ini berbeda dengan
kesan pertama saya setelah tiba disini. Berbeda dengan saya yang berkunjung
dengan niat belajar dan menggali informasi tentang sejarah alat transportasi.
Kebanyakan pengunjung yang datang disini justru malah menjadikan wahana museum
ini sebagai kesempatan untuk ber-eksis ria. Mulai dari foto narsis sampai yang
kece abis. Dari yang pakek tongsis sampai yang borjuis. Kesempatan menikmati replika bangunan khas eropa ini pun
sirna termakan ganasnya para cabe-cabe dan terong-terongan yang lagi asyik
ngahahihih dengan cabulnya.
Mulai dari yang narsis
Sampai yang Kece abiss...
Dari yang pakek Tongsis,
Sampai yang Borjuis. (Fokusnya ke model ya!!)
Kompetisi foto massal
“Ayo-ayo fotoin aku, disini!!”. *monyongin bibir*
“Kamu sama aku sini yuk, kita foto bareng!”. “Mas,
tolong donk!”.
Lagi enak-enak jalan, saya pun terpanggil untuk
memenuhi hasrat narsis mereka. “Yasudah sini, biar mas cakep yang fotoin”.
WHAAATT!! CAKEP!!.
Belum juga genap 5 meter saya jalan kaki, telinga
saya inipun kembali mendengar raungan para narsiser
untuk mintain foto. Karena kasian melihat dua sejoli yang lagi kasmaran ini
cuma bisa nge-selfie, akhirnya dengan
rendah hati dan lapang dada saya pun membantu mereka melampiaskan hasrat
narsisnya.
“Tolong ya, Mas”.
Dengan nada memelas dan raut wajah yang
berbinar-binar mengharap nantinya foto mereka berdua akan dibingkai dalam indah
dan wanginya bunga kamboja dan diarak-arak menyusuri jalan desa. MATI DONK!!
“Mas, kok gini sih. Lagi ya!!”
“Mas, ini background
mobilnya keliatin semua donk!”, “Mas, separo
badan aja ya!”, “Mas, ntar aku pose
loncat ya!”, “Mas, wajah aku keliatan gelap nih, sekali lagi ya!!!”. Dasar cabe-cabean
belum pernah di ulek. Untung mereka
masih cabe, coba udah jadi sambel. Eike
campur loe sama Baso panas.
“Iya gapapa”. *Remes-remes tulang iga*!!
Dan karena kejadian itu pula kunjungan saya dengan
niat belajar dan mencari informasi tentang alat transportasi berubah dan
memfokuskan untuk melihat tingkah lucu dan binalnya para narsiser ber-pose ria
dengan segala gaya. Mulai dari yang monyongin bibir, berpelukan, gandengan
tangan, dempet-dempetan, sampai ketchup-ketchupan kening. Mungkin bagi
mereka itu hal biasa, tapi bagi Jokem
(Jomblo Keren yang Caem) seperti saya, hal itu sangatlah menyayat jiwa raga,
merobek relung hati, dan benar-benar manghujam kalbu. “Tuhan bersama mereka
yang jomblo!”.
Belum lagi saya harus berdesak-desakan berebut spot foto
sama anak-anak SMP yang kebetulan sedang Study
Tour. Bagaikan ibu-ibu PKK berebut BeHa (second) diskonan, mereka pun dengan gerombolannya masing-masing
menyerang habis setiap spot foto yang ada. Bermaksud iseng saya pun menawarkan
diri menjadi fotografer mereka. Dengan Gentlewoman saya pun menawarkan diri.
“Mau saya fotoin?”
“Iya, Fotoin aku disini kakagh”. Gayanya centil abis
kayak cewek yang baru bisa makek BeHa.
“Fotoinnya
yang bagus ya, ntar aku mau pamerin sama temen-temen kalau aku udah ke Museum Angkut!
Yeeaayy!!”
Dan saya pun mlongo sejenak melihat polah mereka.
Dulu waktu saya SMP gitu juga nggak ya?. Ahh sudahlah itu sudah 4 tahun yang
lalu. Dan kini saya sudah beranjak sweet
nineteen.
Geram akan polah tingkah bocah-bocah ini, saya pun
sekali lagi menawarkan untuk memfotokan gerombolan cabe ini. Pas waktu mereka
bergaya sesuai selera (manyun sana manyun sini), saya pun memfotonya hanya
bagian kaki mereka saja, dan langsung kabur. Kemudian merekapun memanggil lagi.
Mengira akan dimintai tolong untuk fotoin lagi, saya pun menyapanya halus,
“Iya, mau difotoin lagi ya?”, “Emm, anu kagh, itu, kamera saya”, “Oh, iya
kebawa”. Pffftt… gagal deh dapet kamera.
No comments:
Post a Comment