Friday, February 22, 2013

Susahnya Jadi Pemabuk Part 2

Padahal ritual-ritual yang biasa saya lakukan di susahnya jadi pemabuk sudah saya terapkan semua, tapi entah kenapa hal terkutuk ini masih saja merasuki jiwaku. #huft
Memang sih penyakit mabuk saya perlahan-lahan mulai sembuh seiring dengan makin banyaknya jam terbang jalan-jalan saya. survei membuktikan bahwa, "semakin sering kita melakukan sesuatu hal, maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan". Memang betul semenjak menjadi pemabuk, saya lebih sering membiasakan diri naik kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, hal itu saya lakukan untuk membiasakan diri dengan harapan saya terbebas dari gangguan penyakit mabuk ini.

Tapi entah kenapa penyakit keji ini kembali menggerogoti saya. kejadian yang merenggut urat malu saya itu terjadi saat perjalanan menuju puncak bromo. sebelum berangkat sih saya sudah menyiapkan jampe-jampe pemberian dukun langganan saya. menenggak sajen pun juga sudah saya lakukan. awal keberangkatan dari kediri-probolinggo saya baik-baik saja, bisa cekikikan sana-sini, sampai-sampai joget kayang didalam mobil pun masih bisa saya lakukan. Bahkan sebelumnya, saat perjalanan saya sempat mencela teman saya yang "cuma" pusing dengan statement yang bijak. "heloow numpak mobil ngene ae mabuk, jan ora bakat dadi wong sugeh belas awakmu iki." kalau ditranslate ke bahasa nasional bunyinya gini, "ahh payah kamu. naik mobil gini aja udah mabuk, nggak bakat jadi orang kaya kami ini". 
*ketawa kuntilanak*

ketika sampai dikaki gunung bromo, tepatnya didaerah cemoro lawang kami diharuskan transit dengan mobil khusus untuk mencapai pendakian. yap, disini mobil pribadi dilarang naik kepuncak untuk keamanan, on the top is to dangerous. selain terlalu berbahaya, mungkin emang dimodel kayak gitu kali ya, jadi warga sekitar bisa mendapat penghasilan dari para tourist. 
#Modus

puluhan mobil jenis hardtop berjejer memamerkan warna ngejrengnya masing-masing, dilihat dari nama mobilnya aja sudah jelas kalau mobil jenis ini memang digunakan untik trek menanjak. fiuuhh semakin berdebar degup jantung saya. langsung dehh, saya memilih-milih mobil mana yang nantinya saya naiki.

mobil warna kuning : duuhh terlalu ngejreng
warna hitam : keren, tapi kok dekil ya..
warna biru : ehh busedd ni mobil kayak mendung aja..
warna ungu : duhh ogah, kayak tingky wingky (aktor utama teletuibies)
warna coklat : ini mobil apa kayu bakar yak?
warna putih : ehm, lumayan, ini aja kali yaa..

saat asyik memilih-milih mobil, tiba-tiba teman saya memanggil. "gis.. sini". sambil melambaikan jari kelingking nya. saya shock saat melihat teman saya berdiri disamping mobil "colt gundul" (mobil dengan bak luas dibelakang yang biasa digunakan untuk mengangkut kambing). seketika harapan saya pupus dan juga khawatir teringat penyakit mabuk saya. Belum lagi saya harus duduk dibelakang bak mobil dengan posisi menghadap kearah belakang jalan. kenapa? karena dengan duduk menghadap kearah belakang jalan akan memicu munculnya penyakit saya, kedua hawa pegunungan yang sangat dingin ditambah perut kosong akan mengakibatkan masuk angin dan mual.. duhh cerewet banget badan saya ini.

ketika mulai berjalan 4 km kepala saya sudah mulai pusing, perut pun ikut bergejolak, raut wajah kian memucat, tatapan mulai hening dan akhirnya "huueeekkk soooorrrrr". (muntah pertama setelah 2 tahun terakir). belum puas dengan muntahan pertama saya pura-pura pamit ke kamar mandi berlagak sok kebelet. padahal dikamar mandi saya tak henti-hentinya memuntahkan isi perut. karena malu, saya menyembunyikan kejadian itu dari teman-teman saya. *manyun*

Finish dari puncak pendakian, kami menuju kebawah. kawasan yang juga disebut padang savana atau lebih dikenal dengan sebutan bukit teletubies, (karena mirip banget seprti yang ada difilmnya teletubies), yang memang begitu indah. tapi lagi-lagi saya memilih untuk menghindar dari indahnya landscape bromo, demi melampiaskan muntahan yang kedua, ketiga, keempat, sampai isi perut mulai habis. # ohh God

bahkan bukit berbisik, puncak kawah bromo, sampai kembali ke cemoro lawang pun saya habiskan untuk membuang isi perut alias muntah habis-habisan. balsem, koyok, antimo, dan resep dukun yang saya bawa pun tak mampu membendungnya. sampai diperjalanan pulang pun saya masih tak henti-hentinya memuncratkan semburan isi perut hingga habis tak tersisa. dan teman saya yang saya cela tadi membalas ucapanku dengan kalimat yang tak kalah bijak. "pantesmu iki numpak delman ae, ora usah numpak mobil". (kamu itu pantasnya naik delman, nggak usah naik mobil). #jleb

seketika urat harga diri saya hancur lebur, belum habis menderita dengan hujatan itu teman saya menambahkan, "katanya traveler, masak gini aja mabuk". (dengan mata berbinar-binar bahagia). #plaak

Rasanya kayak tertampar tangan budha culai di film kera sakti saat adegan si budha culai menghukum sun go khong di gunung lima jari. #mandess bener boogg

Rencana yang sudah saya siapkan sama si hasan pun gagal berantakan gara-gara penyakit terkutuk ini. *piso mana piso*

 
cuma bisa tengkurep meratapi penyakit

 cuma bisa moto'in, hiks.. nggak bisa naikin

4 comments:

  1. Kalo gw bukan mabuk saat di pananjakan, tapi hipotermia akut. Pusing dan ngak kuat jalan itu rasa nya dunia mau kiamat :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. huum benul,.. berasa kayak di blender. #sooorrr #ehh

      Delete
  2. baru mau baca, begitu klik link tulisan sebelumnya eh udah diapus.. jadi males ngelanjutin.. hih! *ngacir polos*

    ReplyDelete
    Replies
    1. MAKAAN NIHH !!
      http://diaretraveller.blogspot.com/2012/08/susahnya-jadi-pemabuk.html

      Delete